Tuesday, February 21, 2017

Dilema Mahasiswa Tingkat Akhir




            Sebagai seorang mahasiswa semester akhir salah satu fase tersulit yang akan di hadapi adalah tugas akhir. Pada umumnya banyak cerita unik yang akan terjadi namun anehnya, saya sering kali mendengar bahwa tugas akhir itu sungguh menyeramkan.  Sebenarnya boleh dikata seluruh cara akan dikerahkan  untuk tiba pada tahap akhir yaitu yudisium dan wisuda.
            Tugas yang amat berat yang harus dilewati untuk mencapai suatu sasaran yaitu menyandang sebuah gelar. Namun tentu saja untuk memulai sebuah proses itu yang sulit, dibutuhkan mental yang benar-benar mampu untuk menghadapi belum lagi jika telah dihadapkan pada seorang pembimbing yang super killer. Karena itu, wajar jika muncul perasaan was-was pada diri seorang mahasiswa tingkat akhir. Bahkan tidak sedikit di antara para mahasiswa tingkat akhir yang menunggu hasil yang instant, dengan berbagai cara seperti menyuruh seseorang “Yang berpengalaman” untuk membuatkan tugas akhir, cukup dengan membayarnya saja ia bisa dengan mudahnya maju ke meja sidang. Sungguh nestapa hidup mahasiswa yang melakukan kecurangan ini. Sesungguhnya ia sangat merugi, semasa kuliah hanya datang dengan penampilan yang sungguh luar biasa bergaya sesusaka hati bermobil dan memarkir mobil di halaman kampus, kemudian masuk kedalam ruang kelas hanya asyik dengan smartphone,lantas di saat yang sama mahasiswa seangkatanya tengah sibuk menyusun tugas akhir dan ia hanya cukup mengeluarkan uang untuk membayarnya dan hasilnya kita tentu tahu, sebagus apapun karya yang kita persembahkan jika bukan dari kerja keras kita sendiri hasilnya lebih parah dari seorang pencuri yang tengah dipergoki massa. Kurang lebih begitulah gambaran atas kecurangan yang tengah marak di negeri kita ini.  
           Tugas akhir identik  dengan Diploma tiga, walau hanya diploma jangan pikir ini mudah. Tugas akhir ini tidak ada bedanya dengan skripsi ataupun tesis semuanya sama-sama butuh kesabaran hanya saja, tugas akhir tingkatannya berada di bawah tesis dan skripsi.
             Mahasiswa yang benar-benar mau bersungguh-sungguh menyusun tugas akhir dengan kerja keras adalah mereka yang merupakan mahasiswa asli. Sebab bagi mereka berjuang adalah kewajiban dan kesuksesan adalah hak mereka. Mereka sadar akan tugas dan kewajiban mereka menjadi seorang pelajar, ada impian dan cita-cita yang ingin mereka wujudkan. Namun kembali kita melirik Negeri kita ini adakah kesadaran seperti itu tertanam dalam pribadi para generasi muda. saya bahkan sadar sebagai mahasiswa, memiliki cita-cita adalah hak setiap orang namun cara untuk menggapai impian itu terkadang membuat kita kebingungan, bahkan tidak tahu arahnya mau kemana. Beragam cara akan kita lakukan bahkan kecurangan pun kembali akan dilakukan. Sepertinya kehidupan mahasiswa tidak akan pernah lepas dari tanggung jawab dan juga problema.
           Berbicara lepas dengan orang yang kita rasa sejalan dengan pikiran kita tentu sangat menyenangkan. Itupun berlaku pada mahasiswa tingkat akhir, coba kita bayangkan kata mahasiswa menandakan usia telah beranjak dewasa. Pemikiran pun demikian. Tugas akhir misalnya, disaat yang sama tentu kita butuh lawan bicara yang sejalan dengan pemikiran kita, atau setidaknya dapat mengerti maksud dan tujuan pemikiran kita, yang lebih sederhana mengarahkan pada hal yang postif. Kata pembimbing, artinya penuntun yang kita jadikan pedoman.
          Hai sekalian para mahasiswa-mahasiswi tingkat akhir bangunlah dari tidur panjang kalian, lakukan hal terbaik, bekerja keraslah untuk menggapai impian. Buatlah tugas akhir, dan persentasekan dengan semenarik mungkin.
Ujian itu diberikan, sesuai dengan kemampuan kita. Tuhan yang menetapkan standar ini untuk memberikan ujian cinya Nya atas kita, karenanya ada baiknya, kita pun diam-diam , merenungi dalam-dalam bahwa mereka yang di uji  sejatinya tengah bertarung dengan kekuatan iman, kemurnian pikiran, kedalaman pemahaman dan kepekaan nurani untuk merasakan hikmah di balik segala ujian yang ada. Tuhan berhak menguji dengan tawa dan tangis yang tercipta, agar ada decap syukur dan sabar diantara keduanya. Tuhan juga berhak membuat kita tertawa bahagia, agar terbangun syukur yang ada setelahnya. Bukan hanya itu saja, Tuhan juga akan membumbuhi perjalan kita dengan sedikit rasa tawar agar teriring sabar di dalamnya. Hidup selalu menawarkan fase kehidupan yang akan dilalui, dari yang rendah tingkatanya hingga yang paling tinggi. Setiap fase hadir karena pelakunya mampu melewati tantangan tersebut.
Tantangan (challenge) bagi mahasiswa tingkat akhir:
Mengejar dosen pembimbing dengan sejuta kesibukan dosen, kita harus mencari sela-sela diantara  kesibukan dosen, harus berjam-jam atau bahkan berhari-hari menunggu, yang lebih mematikan adalah mengahfal setiap kebiasaanya dan kesukaan untuk menyenangkan hatinya. Jadi bersiaplah untuk dompet jangan pernah kosong. Tangangan berikutnya adalah melawan rasa malas dan bosan, yang mana malas tersebut juag masih memiliki banyak kategori seperti karena lapar dan lelah dan ingin segera istirahat.
Kekuatan mahasiswa tingkat akhir:
Salah satu kekuatan terbesar para pejuang tugas akhir adalah doa orang tua, dukungan dari teman seangkatan. Karena kekuatan terbesar ada pada orang tua, tentu perbanyaklah memohon ridho orang tua. Tantangan terberat mu jelas ada pada dosen pembimbing kapan dan dimana harus bertemu. Bagian mana yang harus di revsi, yang penting siap-siaplah untuk kuat meskipun sebenarnya kita tidak bakalan kuat melihat tugas akhir kita di coret-coret.



No comments:

Post a Comment