Monday, November 21, 2016

Dibalik 4 Noppember 2016
"Hartina" 201414132
Makassar, 6 Nopember 2016
Allahu akbar, allahu akbar, allahu akbar... bertepatan dengan sebuah peristiwa yang memang telah direncanakan Allah sebelumnya, menjadikan Indonesia sebagai Negara yang mayoritas beragama islam, yang cinta pada perdamaian dan saling menghormati satu sama lain, tidak lagi dijunjung tinggi. Nilai moral pancasila tidak lagi ditegakkan. Sebuah perselisihan paham, disebabkan adanya propokator yang menginginkan perpecahan antar agama.  Empat (4) Nopember 2016 telah menjadi sejarah baru pada Negara kesatuan RI. Agama islam telah menggelar sholat shubuh di masjid besar istiqlal, dan dilanjutkan sholat Jumat secara berjamaah hingga ba’da dzuhur para jamaah yang berdatangan dari berbagai daerah akan menggelar demo aksi bela Al-quran,
Masyaa Allaa. Kekhawatiran secara tidak langsung bersarang di benak hamba mu ini, bagaimana mungkin seorang pihak menghina kitab suci Al-quran demi kesuksesan kegiatan politiknya. Dikalangan para masyarakat ada sebuah tindakan yang seharusnya berlandaskan pada Al-quran, dan ada yang sebaiknya berdasar pada akidah. Sebuah perselisihan paham seperti yang tengah memanas di kalangan umat beragama ini seharusnya direda dengan tidak melakukan aksi-aksi yang menimbulkan kemarahan dari berbagai pihak semakin memuncak. Islam terkenal dengan kesabaran dan semangatnya dalam membela kebenaran. Bahkan perlu kita ketahui bersama dengan kejadian  ini memotivasi umat islam untuk mencintai kembali kitab suci mereka yang sudah lama mereka tinggalkan, dan membela kebenaran dijalan Allah.
“ya Allah, dengan Al-quran karuniakanlah kasih sayang-Mu kepada kami, jadikanlah Al-quran sebagai imam, cahaya, hidayah dan sumber rahmat bagi kami. Ya Allah ajarkan kepada kami jika ada ayat yang kami tidak tahu memahaminya, karuniakan kepada kami kenikmatan membacanya sepanjang waktu baik malam, maupun siang jadikan Al-quran seabgai hujjah, ya robbal’ alamin”.
Siapapun yang benar dan salah pada peristiwa ini, ini semua disebabkan kesalahpahaman yang belum diluruskan, jangan jadikan kita semua antar umat beragama saling menjatuhkan demi mencari siapa yang benar dan siapa yang salah. Saya mengatakan ini semua terjadi karena adanya unsur politik, masyarakat memanfaatkan kesempatan ini demi kesuksesan individual. Sebagai generasi muda kaum muslimah, saya teringat pada sebuah keajdian satu tahun yang lalu di Palestina vs Israel disebabkan perebutan wilayah Jalur Gaza, Tepi Barat, dan Yerusalem Timur. Pada masa inilah, perlawanan bangsa Palestina mulai merebak. Semoga Allah melihat kekhawatiran kita, dan tidak memberi cobaan serupa di tanah air kita Indonesia.
Negara Indonesia sebagai Negara yang memiliki semboyan “Bhineka Tunggal Ika” yang artinya berbeda-beda tetapi tetap satu. Semboyan ini digunakan untuk menggambarkan persatuan dan kesatuan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri atas beraneka ragam budaya, bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan. Apalah jadinya Negara ini jika masyarakatnya sendiri tidak lagi menjunjung tinggi semboyan persatuan. Marilah kita bersama-sama menegakkan kembali Bhineka Tunggal Ika yang kita semboyankan dalam diri kita tetap berkobar dalam diri masyarakat Indonesia. Kejadian ini telah mencetuskan sebuah sejarah baru dibalik 4 November.
 Yang paling menarik adalah kisahnya, bukan perlawanannya, ada sebuah buku yang mengatakan “candaan yang menyakitkan dapat mengotori beningnya persaudaraan” yang menarik disini adalah kata “beningnya persaudaran”, artinya kita bersaudara walau tak seiman, kita bersaudara walau tak seibu, kita bersaudara walau tak saling jauh dari pertengakaran, perkelahian serta pembodohan.


Kala iman tak lagi dalam genggaman, kala hati berada dalam kesesatan, kala perilaku terpuruk dalam kemaksiatan, bila para pemimpin tak berperikemanusian, bila kejahatan menjadi hal biasa dalam kehidupan bahkan saling bermusuhan menjadi warna-warni dalam kebersamaan. Apa jadinya negeri kita ini ? saat penggunjingan, pertikaian perdebatan yang akan saling menjauhkan tak lagi diperdulikan. Bagi mereka yang penting terwujudnya harapan pribadi dengan mengabaikan keberadaan teman.

No comments:

Post a Comment