Tuesday, May 9, 2017

Upaya Melupakan Dirimu



Aku telah berusaha membuangmu jauh-jauh dari ingatanku. Sebab mengenangmu hanya menjenuhkan kehangatan hariku. Membuat semua aktivitas yang kulakukan tidak berjalan secara efektif dan efesien. tidak ada gunanya mengenang seseorang yang sudah tak ingin pulang pada rumah yang pernah membuatnya betah. Seseorang yang memilih mati tanpa meninggalkan jejak. Kamu membuat semua yang menjadi harapan, hanya tersisa dalam pedihnya ingatan. Semua keputusan pahit itu lahir atas pintamu, semua air mata yang sudah tak kuinginkan ini berderai atas kehendakmu. Aku yang tertinggal tak pernah kau beri kesempatan untuk mengatur tanggal kapan semua akan kembali. Menjadikan kisah kita hanya kasih yang mati.
          Aku memang berusaha untuk melupakan meskipun hal ini sulit untuk kulakukan dalam kodratku sebagai wanita. Tidak bisa bagiku secepat itu merelakan hubungan ini yang kita bangun pondasinya bersama-sama. Namun percayalah, detik demi detik berlalu akan kubunuh semua detak yang masih mengiginkanmu. Hanya saja aku butuh waktu, semuanya memang tidak mudah bagiku, biarlah pelan-pelan semuanya berjalan karena pada akhirnya kamu pun tak akan lagi ada dalam bagian yang kuinginkan.
          Mungkin kau mengatakan bahwa aku tengah mengumpulkan kenangan yang akan kusimpan pada foldernya masing-masing. Karenanya ingatan tak bertahan lama, itulah sebab aku menuliskannya. Agar kelak bisa mengenangmu sebagai masa lalu entah sebagai Cinta ataupun Luka (Boy Candra, sebuah Usaha Melupakan).
Bukan denganmu saja aku bisa bahagia. Aku bisa bahagia pada senja yang membawamu pergi. Aku pernah menitipkan doa pada angin. Agar kau tak pernah tahu jalan pulang. Genggamlah dia yang kau anggap pemenang. Biar kubasuh luka agar kau tak buat berulang. (Boy Candra, Catatan Pendek Untuk Cinta yang Panjang)
Jujur aku memang pernah sangat memujamu dalam doaku dan berharap Tuhan untuk tidak hanya menitipkanmu namun memempatkanmu selamanya dalam hatiku. Harapan dan impian bersamamu selalu menjadi bayang-bayang dalam tidur malamku, tapi kau berhasil menghapuskan semuanya seolah semua itu mudah kulakukan.
Kau harus tahu setiap orang yang datang kehidup kita, punya tempatnya sendiri untuk dijadikan cerita. Lalu, jika kau tanya siapa lelaki yang paling aku sayangi sekarang. Tentu aku akan menjawab masa laluku “seseorang yang pernah kuberi tempat paling istimewa dalam hidupku” meskipun bukan dia yang pada akhirnya kuabadikan dengan jiwa, sebagai wanita aku paham bagaimana caranya mencintai. Namun, beberapa lelaki tak mengerti cara memperthankan, maka yang terjadi adalah kegagalan sebelum ceritanya berakhir abadi. Tentu aku belajar bahwa patah hati bisa juga aku nikmati tanpa menangis. Rasa sedih ini butuh waktu yang panjang untuk pulih kembali, tetaplah menjauh agar hidupku bisa kujalani dengan seharusnya lagi (Boy Candra, Sebuah Usaha Melupakan: 127).

No comments:

Post a Comment