Sebagai seorang mahasiswa semester akhir salah
satu fase tersulit yang akan di hadapi adalah tugas akhir. Pada umumnya banyak
cerita unik yang akan terjadi namun anehnya, saya sering kali mendengar bahwa
tugas akhir itu sungguh menyeramkan.
Sebenarnya boleh dikata seluruh cara akan dikerahkan untuk tiba pada tahap akhir yaitu yudisium
dan wisuda.
Tugas yang amat berat yang harus dilewati
untuk mencapai suatu sasaran yaitu menyandang sebuah gelar. Namun tentu saja
untuk memulai sebuah proses itu yang sulit, dibutuhkan mental yang benar-benar
mampu untuk menghadapi belum lagi jika telah dihadapkan pada seorang pembimbing
yang super killer. Karena itu, wajar jika muncul perasaan was-was pada diri
seorang mahasiswa tingkat akhir. Bahkan tidak sedikit di antara para mahasiswa
tingkat akhir yang menunggu hasil yang instant, dengan berbagai cara seperti
menyuruh seseorang “Yang berpengalaman” untuk membuatkan tugas akhir, cukup
dengan membayarnya saja ia bisa dengan mudahnya maju ke meja sidang. Sungguh
nestapa hidup mahasiswa yang melakukan kecurangan ini. Sesungguhnya ia sangat
merugi, semasa kuliah hanya datang dengan penampilan yang sungguh luar biasa
bergaya sesusaka hati bermobil dan memarkir mobil di halaman kampus, kemudian masuk
kedalam ruang kelas hanya asyik dengan smartphone,lantas di saat yang sama
mahasiswa seangkatanya tengah sibuk menyusun tugas akhir dan ia hanya cukup
mengeluarkan uang untuk membayarnya dan hasilnya kita tentu tahu, sebagus
apapun karya yang kita persembahkan jika bukan dari kerja keras kita sendiri
hasilnya lebih parah dari seorang pencuri yang tengah dipergoki massa. Kurang
lebih begitulah gambaran atas kecurangan yang tengah marak di negeri kita ini.
Tugas akhir identik dengan Diploma tiga, walau hanya diploma
jangan pikir ini mudah. Tugas akhir ini tidak ada bedanya dengan skripsi
ataupun tesis semuanya sama-sama butuh kesabaran hanya saja, tugas akhir
tingkatannya berada di bawah tesis dan skripsi.
Mahasiswa yang benar-benar mau
bersungguh-sungguh menyusun tugas akhir dengan kerja keras adalah mereka yang
merupakan mahasiswa asli. Sebab bagi mereka berjuang adalah kewajiban dan
kesuksesan adalah hak mereka. Mereka sadar akan tugas dan kewajiban mereka
menjadi seorang pelajar, ada impian dan cita-cita yang ingin mereka wujudkan.
Namun kembali kita melirik Negeri kita ini adakah kesadaran seperti itu
tertanam dalam pribadi para generasi muda. saya bahkan sadar sebagai mahasiswa,
memiliki cita-cita adalah hak setiap orang namun cara untuk menggapai impian
itu terkadang membuat kita kebingungan, bahkan tidak tahu arahnya mau kemana.
Beragam cara akan kita lakukan bahkan kecurangan pun kembali akan dilakukan.
Sepertinya kehidupan mahasiswa tidak akan pernah lepas dari tanggung jawab dan
juga problema.
Berbicara lepas dengan orang yang
kita rasa sejalan dengan pikiran kita tentu sangat menyenangkan. Itupun berlaku
pada mahasiswa tingkat akhir, coba kita bayangkan kata mahasiswa menandakan
usia telah beranjak dewasa. Pemikiran pun demikian. Tugas akhir misalnya, disaat
yang sama tentu kita butuh lawan bicara yang sejalan dengan pemikiran kita,
atau setidaknya dapat mengerti maksud dan tujuan pemikiran kita, yang lebih
sederhana mengarahkan pada hal yang postif. Kata pembimbing, artinya penuntun yang
kita jadikan pedoman.
Hai sekalian para mahasiswa-mahasiswi
tingkat akhir bangunlah dari tidur panjang kalian, lakukan hal terbaik, bekerja
keraslah untuk menggapai impian. Buatlah tugas akhir, dan persentasekan dengan
semenarik mungkin.
Ujian
itu diberikan, sesuai dengan kemampuan kita. Tuhan yang menetapkan standar ini
untuk memberikan ujian cinya Nya atas kita, karenanya ada baiknya, kita pun
diam-diam , merenungi dalam-dalam bahwa mereka yang di uji sejatinya tengah bertarung dengan kekuatan
iman, kemurnian pikiran, kedalaman pemahaman dan kepekaan nurani untuk
merasakan hikmah di balik segala ujian yang ada. Tuhan berhak menguji dengan
tawa dan tangis yang tercipta, agar ada decap syukur dan sabar diantara
keduanya. Tuhan juga berhak membuat kita tertawa bahagia, agar terbangun syukur
yang ada setelahnya. Bukan hanya itu saja, Tuhan juga akan membumbuhi perjalan
kita dengan sedikit rasa tawar agar teriring sabar di dalamnya. Hidup selalu
menawarkan fase kehidupan yang akan dilalui, dari yang rendah tingkatanya
hingga yang paling tinggi. Setiap fase hadir karena pelakunya mampu melewati
tantangan tersebut.
Tantangan
(challenge) bagi mahasiswa tingkat akhir:
Mengejar dosen pembimbing dengan sejuta
kesibukan dosen, kita harus mencari sela-sela diantara kesibukan dosen, harus berjam-jam atau bahkan
berhari-hari menunggu, yang lebih mematikan adalah mengahfal setiap kebiasaanya
dan kesukaan untuk menyenangkan hatinya. Jadi bersiaplah untuk dompet jangan
pernah kosong. Tangangan berikutnya adalah melawan rasa malas dan bosan, yang
mana malas tersebut juag masih memiliki banyak kategori seperti karena lapar
dan lelah dan ingin segera istirahat.
Kekuatan
mahasiswa tingkat akhir:
Salah satu kekuatan terbesar para
pejuang tugas akhir adalah doa orang tua, dukungan dari teman seangkatan. Karena
kekuatan terbesar ada pada orang tua, tentu perbanyaklah memohon ridho orang
tua. Tantangan terberat mu jelas ada pada dosen pembimbing kapan dan dimana
harus bertemu. Bagian mana yang harus di revsi, yang penting siap-siaplah untuk
kuat meskipun sebenarnya kita tidak bakalan kuat melihat tugas akhir kita di
coret-coret.